Friday, August 29, 2008

Weruh sakdurunge Winarah

Weruh Sakdurunge Winarah.Firasat.

Mengetahui sebelum hal yang sebenarnya terjadi. Istilah ini pertama kali saya ketahui setelah membaca novel Senopati Pamungkas karya Arswendo Atmowiloto. Jurus andalan Mpu Raganata. Bagi yang belum tahu novelnya, silahkan mencari di Indozone.net.

Sebuah ajian yang sangat hebat. Bisa mengetahui sebelum terjadi. Membeli tiket ke Amerika dan menuju Las Vegas? Hahaha, itulah yang pertama kali terlintas di pikiran saya yang buthek ini andai saya punya ajian satu ini.

Teringat artikel sahabat saya tentang Firasat, saya jadi ingin mengulasnya. Tentu dengan bahasa saya sendiri, yang memang sedikit banyak dipengaruhi sahabat saya ini. Yang penting itu istikharah, kesimpulan yang ada di artikel ini. Tapi bagaimana ketika anda mendapat firasat tentang sebuah kejadian yang akan anda atau orang yang anda kenal –apalagi anda sayangi – alami?

Firasat baik dan menyenangkan, tentunya akan membuat anda sumringah. Begitu juga sebaliknya ketika firasat buruk hinggap di pikiran anda. Tapi ada yang lebih buruk dari sekedar firasat buruk. Yaitu, ketika anda mengetahui anda tak kan bisa berbuat apa-apa untuk merubah keadaan, atau anda bisa merubahnya, tapi anda terlambat.

Bagi saya, firasat adalah sebuah insting. Ya, insting alam bawah sadar kita. Ketika tanpa sadar, kita ternyata telah berpikir jauh melampaui apa yang kita pikirkan, sembari mempertimbangkan alur-alur kejadian, yang entah dengan ajian apa lagi bisa tersensor oleh bawah sadar kita.

Hal yang kita sebut dengan firasat ini telah mengimplikasi cara berpikir saya. Karena saya adalah tipe orang yang kurang ulet, maka saya justru lebih menyukai firasat yang kurang baik. Karena jujur saja, firasat baik itu justru membuat saya menjadi seorang pemalas. Seorang yang menggantungkan nasibnya pada nasib itu sendiri. Manja!

Sedangkan ketika saya mendapat firasat yang saya anggap kurang baik, maka dengan sekuat tenaga saya akan berusaha memperbaiki keadaan. Meski kebanyakan, usaha keras itu justru membuahkan hasil nol.

Tapi saya malah senang. Karena dengan begitu, saya jadi tahu batas kemampuan saya. Dan saya bangga karena saya telah mencapai bagian itu.

Dan sadar, bahwa kita tak akan mampu memaksakan keadaan. Bukankah kata para kyai, baik kyai yang lurus maupun yang mbeling, manusia itu disuruh berikhtiar dulu, lalu diiringi dengan doa? Saya kan hanya santri , ya saya itu manut dan percaya sama wejangan para kyai guru saya.
  • Segenap kru blog ini mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat muslim yang melaksanakannya.
  • Duh Gusti, kulo namung badhe syukur kaliyan nikmat-Mu. Mugi firasat kula punika namung salah sijining prasangka kula dhumateng Gusti. Mugi, kula saged dados menungsa ingkang saged milah, punapa kemawon ingkang dados anugerah, nikmat, ugi cobinipun Gusti. Mugi kula saged dados tiyang ingkang nrimo dhumateng titah-Mu duh Gusti...
  • Duh Gusti, saya hanya ingin bersyukur atas nikmat-Mu. Semoga firasat saya ini hanya salah satu prasangkaku atas-Mu ya Allah. Semoga, saya bisa menjadi insan yang bisa memilah, apa saja yang jadi anugerah, nikmat, juga cobaan-Mu ya Allah. Semoga saya bisa menjadi insan yang nrimo atas takdir-Mu duh Gusti...
  • Entahlah, saya hanya sedang menimbang firasatku tentangmu. Tapi saya masih mengumpulkan keberanian. Mungkin benar, ini saatnya saya menutup indra dan membacamu dengan hati...